Gothic text from pookatoo.com

Minggu, 21 Agustus 2011

Rolling Stone, Tetua yang masih ''Ngejreng''

 

Ini kabar menggembirakan untuk fans berat grup rock legendaris The Rolling Stone di seluruh dunia. Grup karismatik yang masing-masing personelnya sudah berusia lebih dari 60 tahun ini akan menggelar tur keliling dunia. Grup asal Inggris ini akan memulai turnya di Boston, Massachusetts, AS, pada 21 Agustus 2005 sebelum melanjutkan perjalanan ke sejumlah negara di seluruh dunia.
-------------
DI tengah rencana turnya tersebut, Rolling Stone saat ini juga sedang menyelesaikan album terakhir mereka. Rencana heboh ini dibenarkan oleh promotor lama Rolling Stone, Michael Cohl. "Kami memang akan tampil di seluruh dunia. Sampai saat ini yang sudah ditetapkan ada 40 penampilan di Amerika Utara," katanya seraya menambahkan konser akan dimulai dari Amerika Serikat (AS) hingga kota-kota lainnya di Eropa dan Asia.
Sekadar catatan, konser keliling dunia Rolling Stones terakhir kali digelar pada September 2002 hingga Oktober 2003. Konser tersebut menandai keberadaan mereka selama 40 tahun di dunia musik. Konser mereka kala itu mampu meraup keuntungan senilai 300 juta dolar AS dari 116 show.
Sejumlah media, termasuk situs-situs showbiz yang bertebaran, menulis dan menyambut kabar gembira ini. Empat personel "setia" Rolling Stones yakni Mick Jagger, Keith Richards, Charlie Watts, dan Ron Woods memang sudah berumur. Namun, sepertinya, untuk urusan tampil di atas panggung, tak ada istilah tua bagi mereka. Mereka adalah para tetua yang tetap saja ngejreng -- tampil energik dengan warna musik rock'n roll yang sudah mereka gelorakan sejak 1960-an itu.
Mick Jagger sendiri berkali-kali menjelaskan perihal rencana tur dunia Rolling Stone yang spektakuler itu. "Kami tidak ingin mengemukakan bahwa ini perjalanan terakhir. Kami tak pernah memikirkan hal ini," ujar Jagger berkali-kali sebagaimana dikutip antara, AFP, ABCNews, dan Rtr.
Terkait album baru mereka kelak, namanya sampai saat belum ditetapkan. "Kami tuntaskan baru 85 persen. Kami juga memiliki waktu yang hebat untuk rekaman. Kami juga sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan," ujar Jagger seraya menjanjikan kepada penggemarnya bahwa album baru mereka tetap mengusung ciri khas vibrasi, pukulan keras dan klasik ala Rolling Stones.
Mengapa kabar perihal rencana tur grup band ini menjadi begitu menggema? Wajar saja, sebab mereka legenda rock'n roll dalam peta musik dunia. Mereka menjadi istimewa karena sampai kini -- di tengah bermunculannya sejumlah grup baru sepenajng zaman -- mereka tetap eksis. Lantas, apakah para anggota Rolling Stone saat ini masih sehat-sehat saja, padahal menggelar tur dunia tidak begitu ringan?
Pada suatu jumpa pers, sang pemain -- Charlie Watts -- yang sempat menderita penyakit kanker tenggorokan itu malah berkata enteng, "Saya sekarang baik-baik saja." Sementara gitaris Keith Richards mengatakan, Stone kembali mengadakan konser bukan karena ingin merebut keuntungan finansial semata-mata.
 
***
 
DALAM peta musik dunia, Rolling Stone lebih dari sekadar musik. Grup ini, setidaknya, memelopori kelahiran kultur baru. Jika The Beatles, grup yang juga berkibar pada zaman Rolling Stone, dianggap sebagai "kanan" atau "putih" oleh para pecandu musik dunia, maka Rolling Stone dikategorikan "kiri" atau "hitam". Jika The Beatles selalu tampil dengan penonton tertib, maka konser Rolling Stones biasanya berakhir dengan keributan. Para personel The Beatles dipuja-puji karena ganteng dan manis, sebaliknya Rolling Stone pernah dianggap sebagai band yang memuja-muja iblis.
Menapak sejarahnya, berdirinya Rolling Stone sesungguhnya memang dimulai Michael Philip (Mick) Jagger yang pada 1962 menjadi vokalis kelompok Little Boy Blue and the Blue Boys. Lantas, muncul Brian Jones, gitaris yang sebelumnya bermain untuk Blues Incoporated, mengajak Jagger mendirikan grup band yang kemudian diberi nama Rolling Stone. Jagger lalu mengajak rekan lainnya, Keith Richard, sebagai pemain gitar di grup itu. Pada 1963, pemain bass Bill Wyman bergabung. Terakhir, Charlie Watts masuk.
Kini, para personel Rolling Stone memang menyadari bahwa penggemar dan trend musik dunia cenderung sudah bergeser. Namun mereka tetap percaya, fans fanatik mereka masih banyak tersebar di seluruh dunia. Ramalan-ramalan perihal eksistensi Rolling Stone memang selalu gencar, mereka sempat diragukan banyak penegamat yang menilai riwayat grup ini sebenarnya sudah "selesai" ketika mereka merilis "Voodoo Lounge" (1994). Atas penilaian ini, produser Don Was lantas menerapkan strategi untuk "mengembalikan" Rolling Stone ke band yang kental dengan warna -- tidak saja rock'n roll, juga ke R&B seperti pada lagu "Sweet Heart Together" atau  "Out of Tears" itu.
Pasca 1994, Rolling Stones antara lain sempat merilis dua album konser, masing-masing "Stripped" (1995) dan "No Security" (1998) dan sebuah album studio "Bridges to Babylon" (1997). Berikutnya, sempat lagi dirilis beberapa album seperti "Undercover" (1983) dan "Dirty Work" (1986). Kabarnya, dua album yang justru cukup mendongkrak popularitas Rolling Stones malah dari dekade 1980-an, yakni "Tattoo You" (1981) dan "Steel Wheels" (1989).
Beberapa jajak pendapat yang pernah diadakan mengenai album terbaik Rolling Stones, penggemar paling menyukai album semisal "Beggars Banquet" (1968) dan "Let It Bleed" (1969). Dari kedua album itulah lahir hits seperti "Street Fighting Man", "Sympathy for the Devil", "Gimme Shelter", dan "You Can't Always Get What You Want".
Sementara itu, para fans Rolling Stone di seluruh dunia tentu sebagian besar masih senang mendengarkan lagu-lagu Stone pada periode awal, tat kala musik yang mereka sajikan masih terasa "mentah" seperti "Let's Spend the Nght Together", "Get Off of My Cloud", hingga "Ruby Tuesday". Nomor-nomor seperti inilah yang sempat merajai tangga lagu di Inggris yang umumnya dikuasai Rolling Stone dan The Beatles.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar